(WARTADEWATA.COM) — Sebagai bentuk peran aktif meningkatkan kualitas profesi pemasaran Indonesia, Indonesia Marketing Association (IMA) kembali menghadirkan diskusi publik yang digelar secara virtual pada Selasa 15 Maret 2022, yang diikuti lebih dari 1.000 peserta dengan mengusung tema “Bali Kembali Ke Masa Depan: From Pandemic to Endemic in Hospitality Industry”. Topik diskusi ini diangkat dalam rangka mendukung membaiknya industri pariwisata Bali.
Di dalam sambutannya, Suparno Djasmin selaku President IMA periode 2021-2023, mengungkapkan peranan IMA dalam mendukung pemulihan sektor ekonomi pariwisata di Bali dengan berjalannya diskusi publik kali ini. “Bali dalam konteks marketing merupakan suatu brand. Kami di IMA ingin turut berperan dalam melestarikan “brand” Bali ini dengan pengetahuan, keahlian dan jaringan yang dimiliki para anggota IMA di momentum recovery Bali,” ungkapnya.
“Kami pun yakin bahwa melalui kegiatan kegiatan diskusi publik yang kita lakukan hari ini, seluruh elemen masyarakat dan media akan semakin terekspos tentang kesiapan Bali, untuk kembali menjadi tujuan utama destinasi bagi wisatawan mancanegara dan domestik,” tambah Suparno.
Sebelum pandemi Covid-19, sektor pariwisata berkontribusi terhadap Produk Domestik Bruto sebesar 4,97% pada 2019 namun menurun menjadi 4,2% pada 2021. Di tahun 2019, pariwisata Bali mampu menyumbang devisa sebesar Rp 89 Triliun atau sebesar 30% dari devisa pariwisata di Indonesia. Hal ini diakibatkan oleh penurunan jumlah wisatawan mancanegara ke Bali dari 6,2 juta pada tahun 2019, menjadi 1 juta pada 2020, dan masih sangat rendah di 2021.
Sejak menurunnya kasus angka Covid-19, Bali siap menyambut kembali kegiatan pariwisata yang menjadi pemasok utama perekonomian mereka. Tidak hanya diberlakukan bagi wisatawan domestik, pariwisata internasional juga kembali dibuka mengingat sudah ada beberapa kegiatan internasional yang akan berlangsung di Bali dan dihadiri oleh berbagai negara seperti misalkan penyelenggaran Forum G-20. Pemberlakukan kebijakan tanpa karantina dan Visa on arrival (VoA) bagi wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Bali juga menjadi bukti awal yang baik bagi pulihnya industri pariwisata. Kebijakan VoA tersebut berlaku sejak Maret ini dan berlaku untuk wisatawan dari 23 negara, yaitu: Australia, Amerika Serikat, Belanda, Brunei, Filipina, Inggris, Italia, Jepang, Jerman, Kamboja, Kanada, Korea Selatan, Laos, Malaysia, Myanmar, Prancis, Qatar, Selandia Baru, Singapura, Thailand, Turki, Uni Emirat Arab, dan Vietnam.
Pemerintah Provinsi Bali mendukung pariwisata Bali melalui kebijakan bebas karantina dan Visa on Arrival yang diterapkan untuk wisatawan mancanegara masuk ke Bali. Wakil Gubernur Bali, Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati yang akrab disapa Cok Ace berharap agar kebijakan tersebut dapat dijalankan baik oleh para pelaku pariwisata. “Meski wisatawan sedikit, hotel-hotel juga harus menyiapkan kamar jika ada wisatawan yang positif. Kalau yang karantina di rumah sakit bagi yang berisiko tinggi. Yang tidak terlalu beresiko kita masukkan di hotel,” paparnya.
Menteri Pariwisata & Ekonomi Kreatif RI, Sandiaga Uno, menjelaskan saat ini merupakan waktu yang tepat untuk kembali mempromosikan pariwisata Bali. “Kami memiliki tagline ‘It’s time for Bali’ untuk mendukung pariwisata Bali tidak hanya dari kuantitas tapi juga kualitas,” jelasnya.
Pembukaan kembali Bali sebagai destinasi wisata juga bertepatan dengan berlangsungnya KTT G-20 yang dilaksanakan di Bali. “Ketiga fokus yang menjadi tema KTT G-20 yaitu green economy, digital economy, dan transformasi kesehatan sejalan dengan transformasi yang dijalankan Pemerintah Bali,” tambah Cok Ace
Co-Founder IMA Hermawan Kartajaya mengatakan apresiasi atas antusias yang ditunjukkan masyarakat dalam upaya pemulihan pariwisata di Indonesia, terkhusus Bali.
“Siapa yang tidak rindu dengan Bali? Dengan semakin longgarnya peraturan kunjungan wisatawan, kita berharap Bali dapat menjadi lebih baik. Kita juga perlu untuk memperbarui konsep wisata yang sesuai dengan Generasi Z dengan teknologi serta mendukung penerapan Sustainable Development Goals (SDG) dalam pembangunan pariwisata sehingga kita dapat terus menikmati keindahan Bali,” ujar Hermawan.
Tidak hanya masyarakat Bali, persiapan pembukaan pariwisata tentunya mendapat dukungan penuh dari berbagai aspek. Pemerintah semakin ketat dalam menerapkan Protokol Kesehatan yang mewajibkan wisatawan mancanegara memiliki sertifikat CHSE, serta menggunakan aplikasi Peduli Lindungi di tempat pariwisata. Pembentukan satgas di daerah wisata juga diterapkan demi menghindari penyebaran Covid-19. Peningkatan pemberian vaksinasi kepada masyarakat Bali yang sudah mencapai 70% juga ikut menjadi aspek pendukung berjalannya rencana ini.
Diskusi terbuka yang dilakukan bersama tokoh-tokoh publik menjadi bentuk dukungan dari IMA kepada pemangku kepentingan pariwisata Bali, khususnya dalam menyambut bangkitnya perekonomian daerah pariwisata terdepan di Indonesia ini. Forum ini diupayakan memberikan dorongan yang positif bagi pemulihan aktivitas Pariwisata di Pulau Dewata tersebut.(rls)