(WARTADEWATA.COM) - Politeknik Negeri Bali atau biasa disebut PNB pada Selasa (3/10/2023) di Gedung Widya Padma mengukuhkan 9 guru besar dan kini PNB memiliki 11 guru besar. Adapun 9 guru besar Politeknik Negeri Bali (PNB) yang dikukuhkan yakni Prof Dr I Nyoman Gede Arya Astawa ST MKom, Prof Drs Ida Bagus Putu Suamba MA PhD, Prof Dr Ir Putu Wijaya Sunu ST MT IPM ASEAN Eng, Prof I Dewa Made Cipta Sentosa ST MSc PhD, Prof Dr Ir I Made Rasta MSi, Prof I Nyoman Suamir ST MSc PhD, Prof Dr I Wayan Edi Arsawan SE MM, Prof Ni Made Ernawati MATM PhD, dan Prof Dr I Made Rai Jaya Widanta SS MHum.
Dari 9 guru besar yang di kukuhkan tersebut ada sosok pria kalem bernama Prof. Dr. I Wayan Edi Arsawan, SE.,MM.,CHRMP yang menjadi sorotan saat acara pengukuhan guru besar tersebut. Prof. Dr. I Wayan Edi Arsawan, SE.,MM.,CHRMP yang lahir pada 1 Agustus 1982 ini menjadi profesor termuda di PNB, bahkan juga menjadi profesor termuda di Politeknik se-Indonesia. Tentu hal ini membanggakan banyak pihak terutama keluarganya.
Edi Arsawan yang kini berusia 40 tahun 6 bulan merupakan dosen di PNB sejak 2006 dan meraih gelar doktor di Universitas Udayana pada 2018. Dalam bidang keilmuannya, Edi Arsawan fokus pada manajemen sumber daya manusia, khususnya perilaku organisasi.
“Menjadi profesor di usia muda adalah anugerah. Saya tidak menganggap sebagai tantangan, tapi bagaimana saya harus berkinerja lebih baik lagi. Mensyukuri apa yang diberikan Tuhan dan mendarmabaktikan ilmu pengetahuan kepada kampus dan negara,” ujar Edi Arsawan didampingi sang istri Dr. Ni Putu Santi Suryantini, SE.,MM.
Edi Arsawan mengaku memiliki tekad mencapai impian mengejar gelar profesor di usia muda. “Saya ingin mengubah stereotype profesor yang sepuh dan senior,” kata Edi Arsawan yang dimasa remajanya bercita-cita menjadi dokter forensik. Saat ini Edi Arsawan merupakan pakar dalam bidang Manajemen Sumber Daya Manusia. Ia telah menerbitkan puluhan artikel ilmiah di jurnal internasional berreputasi. Ia juga aktif dalam kegiatan penelitian dan pengembangan, serta kolaborasi internasional.
Edi Arsawan berharap agar dosen-dosen muda di Indonesia dapat termotivasi untuk mengejar gelar profesor.
Diungkapkan bahwa menjadi profesor bukanlah hal yang mudah, namun bukan pula hal yang mustahil. "Jadi guru besar banyak tantangan, syaratnya berat. Yang jelas dosen muda harus kuliah doktor dulu, meningkatkan kualitas penelitian mereka, membuat publikasi bagus, dan memenuhi syarat menjadi profesor," ungkap Edi Arsawan.
Edi Arsawan menyampaikan pandangannya tentang tantangan dan peluang di Bali. Ia mengatakan bahwa Bali memiliki sumber daya manusia yang bagus, namun perlu ditingkatkan kualitasnya agar dapat bersaing di kancah internasional.
"Bali memiliki SDM bagus dan hebat, tapi pemetaan belum komplit. Ini bisa menjadi peluang sekaligus tantangan. Jika di era 5.0 dan revolusi industri, bukan semata-mata bersaing dengan orang dari luar, melainkan juga hadirnya era AI (Artificial Inteligent). Ini jangan dilihat sebagai tantangan, melainkan kolaborasi. AI dapat membantu pekerjaan kita,” jelas Edi Arsawan.
Kesuksesan Edi Arsawan, ternyata ada sosok istri yang selalu mendukungnya, yakni Dr. Ni Putu Santi Suryantini, SE.,MM yang saat ini sebagai dosen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Udayana. Tidak itu saja, ternyata putra putri kesayangannya yakni Anak pertamanya I Wayan Abhi Dharma Arsawan (15 th) dan Anak keduanya Ni Kadek Alisha Khaira Arsawan (9 th) menjadi penyemangatnya.
Menurut Santi Suryantini perjuangan suaminya untuk menjadi profesor sangat berat. "Dia dikategorikan Profesor Politeknik Termuda, tentu saja perjuangannya lebih berat dari orang biasa dan kerja keras. Suaminya adalah sosok yang sangat disiplin dan pekerja keras. Ia sering bekerja hingga larut malam untuk mengejar targetnya. Orang kerja 8 jam, dia 15 jam, tidur 3 jam, pernah sakit dan harus didampingi," tutur Santi Suryantini.
Untuk diketahui pada Agustus lalu, Santi Suryantini berhasil menyelesaikan pendidikan S3 di Universitas Brawijaya Malang. Ia menjadi lulusan terbaik S3 di Universitas Brawijaya Malang, pencapaian ini setara dengan pencapaian Edi Arsawan yang menjadi lulusan S3 terbaik di Unud, bahkan Edi Arsawan menyelesaikan studi S3 hanya dalam waktu 2 tahun 9 bulan. Sebelumnya Edi Arsawan meraih gelar S1 di Fakultas Ekonomi Universitas Udayana pada 2006, gelar S2 di Program Magister Manajemen Universitas Udayana pada 2010, dan gelar S3 Program Doktor Manajemen Universitas Udayana pada 2018.
Edi Arsawan sendiri diperkenalkan sebagai profesor termuda Politeknik se-Indonesia saat menghadiri Forum Profesor Politeknik Negeri Indonesia di Semarang, Jawa Tengah, pada 3 hingga 5 Agustus 2023 lalu. Anak pertama dari 2 bersaudara ini juga mengajar di Thailand, Polandia, Jerman, Latvia, Georgia secara online. Sementara mengajar secara offline dilakukan berkala di Malaysia dan Timor Leste. Kepercayaan internasional ini diraihnya karena hasil-hasil risetnya inline dengan para peneliti Eropa. High index Scopus Edi Arsawan ada di angka 10. Sebagaimana diketahui Scopus adalah jurnal internasional bereputasi tinggi. “Secara keseluruhan saya sudah kolaborasi dengan 39 universitas seluruh dunia di 9 negara,” tutup Edi Arsawan.(pur)