(WARTADEWATA.COM) - Tidak puas dengan sanksi yang diberikan Komite Disiplin (Komdis) PSSI Bali, akhirnya Padangtegal FC Ubud resmi mengajukan permohonan peninjauan kembali (PK) ke PSSI Pusat. Surat permohonan ini terkait sanksi dari Komdis PSSI Bali terhadap pelatih kepala Padangtegal U17, I Made Pasek Alit dan seorang pemainnya I Made Satya Putra.
Sanksi dikeluarkan Komdis PSSI Bali lantaran Pasek Alit dan Satya Putra saat kejadian luar biasa pada semifinal Piala Soeratin U17 antara Padangtegal FC melawan GMB di Stadion I Gusti Ngurah Rai Denpasar, yang dimenangkan Padangtegal 5-4 melalui adu penalti.
Surat permohonan PK No. 02/PFC/XI/2024 ditujukan langsung kepada Ketua PSSI Pusat Erick Thohir dengan tembusan Kadisdikpora Provinsi Bali, Ketua Umum KONI Bali, Ketua Umum Asprov PSSI Bali, serta Komdis Asprov PSSI Bali. Surat permohonan PK dikirim pada hari Senin (2/12/2024).
Komdis PSSI Bali melalui surat No. 01/Komdis/PSSI-Bali/XI-2024 tertanggal 21 November 2024 menyatakan, pelatih kepala tim Padangtegal U17 I Made Pasek Alit dijatuhi sanksi berupa larangan melakukan aktivitas sepak bola di seluruh wilayah Indonesia selama 1 tahun dan denda Rp5 juta.
Selain itu, Komdis PSSI Bali juga mengeluarkan surat No. 02/Komdis/PSSI-Bali/XI-2024 tertanggal 21 November 2024, di mana Kapten Tim Padangtegal FC U17 I Made Satya Putra dijatuhi sanksi berat berupa larangan bermain sepak bola di seluruh wilayah Indonesia selama 6 bulan.
Terkait hal tersebut diatas segenap pengurus Padangtegal FC mengundang beberapa awak media untuk memberikan penjelasan kepada pers di Ubud pada Minggu (1/12/2024). Acara tersebut dihadiri Ketua Umum PS Padangtegal, I Kadek Era Sukadana, SH, MH, Bendesa Adat Padangtegal, I Made Parmita, Direktur Teknik Padangtegal FC, I Wayan Sugiarta Jaya, Ketua Harian PS Padangtegal, I Wayan Raka dan Bendahara PS Padangtegal, I Wayan Gede Budiyasa.
Ketua Umum PS Padangtegal, I Kadek Era Sukadana, SH, MH, didampingi Bendesa Adat Padangtegal, I Made Parmita, kepada wartawan, pada Minggu (1/12/2024) di Ubud, mengungkapkan semoga ASPROV PSSI Bali melalui Komdis bisa mereview dan mendukung Padangtegal FC U17 terkait sanksi kepada pelatih kepala dan pemain. Melihat Kembali ke belakang, pelatih kepala Padangtegal FC U17 atas nama I Made Pasek Alit sebelumnya tidak pernah bermasalah dan bahkan sering membawa nama baik Bali di kancah turnamen sepak bola tingkat nasional. "Masa iya dengan kejadian luar biasa di semifinal kemarin langsung diberikan sanksi berat. Jadi mohon, sekali lagi agar sanksi yang sudah diberikan bisa ditinjau Kembali, dan ini juga demi nama baik Bali. Jika melihat fakta di lapangan saat pertandingan semifinal kemarin, penyelenggara dalam hal ini ASPROV PSSI Bali tidak memfasilitasi dengan baik terkait pihak keamanan," ungkap Era Sukadana.
Sementara Bendesa Adat Padangtegal, I Made Parmita mengatakan Desa Adat Padangtegal dan seluruh masyarakat akan mendukung penuh perjuangan Padangtegal FC U17 di ajang Piala Soeratin 2024 di tingkat nasional. Terlepas dari pada itu, semoga ASPROV PSSI Bali juga bisa memberikan dukungan melalui kebijakan maupun solusi, bagaimana caranya Padangtegal FC U17 bisa didampingi pelatih kepala yang sebelumnya sudah di sanksi Komdis. Ia menegaskan, dengan beredarnya video yang viral beberapa Waktu lalu di media social dan sudah dikonsumsi oleh public, kami selaku Tokoh Masyarakat Desa adat Padangtegal sangat keberatan karena ASPROV PSSI Bali tidak bisa menjaga hal itu. Dan itu sangat tidak berimbang karena hanya sepenggal, seolah-olah pemain maupun pelatih dari Padangtegal sangat tidak bertanggungjawab. Dan ini berimbas di nama baik Desa Adat Padangtegal selaku homebase Padangtegal FC U17. Padahal kami (Padangtegal FC) sebelumnya juga memberikan contoh pelaksanaan Piala Soeratin 2024 dengan aman dan lancar. "Karena fasilitas keamanan kami berikan dengan baik," ungkap Parmita.
Ditempat yang sama Manajer Tim Padangtegal FC U17, I Made Sumendra menjelaskan memang kami dari Padangtegal FC merasa di anak tirikan. Salah satunya adalah keputusan yang diambil kemarin. Setelah kericuhan Waktu itu, kami melanjutkan pertandingan hingga ada pemenangnya. Dan saat itu sudah kondusif. Tapi, mengapa setelah keluar sebagai pemenang, muncul sanksi yang menurut saya sangat berat bagi Pelatih kepala kami yang pada saat pertandingan tidak menerima kartu merah. Dari situlah, kami bertanya, ada apa dengan ASPROV Bali? Patut diketahui, sebelum semifinal, pihak kami juga menjadi tuan rumah. Dan saat itu, kami sangat memberikan fasilitas dengan baik terkait keamanan. Ada pihak kepolisian dan pecalang. Oleh karenanya, kami memohon agar diberikan kebijakan terkait sanksi yang diberikan kepada pelatih kepala dan pemain kami. Pemain kami masih muda dan bisa berprestasi lebih, dengan kerja kerasnya selama ini mengapa harus dijegal pemain kami yang notabene putra daerah. Setau saya visi misi dari PSSI adalah mengembangkan SDM, dan di Bali malah seperti dihambat oleh induk sepak bola yakni ASPROV PSSI Bali, jelasnya.
Saat bertemu dengan wartawan di Ubud pada Minggu (1/12/2024), Direktur Teknik Padangtegal FC, I Wayan Sugiarta Jaya juga memohon ada keajaiban agar sanksi untuk pelatih kepala dan pemain Padangtegal FC U17 bisa ditangguhkan. Namun, selebihnya agar sekiranya Ketua Umum PSSI Bali melalui Komdis bisa memberikan kebijakan terkait sanksi agar pelatih dan pemain bisa berkontribusi di ajang nasional. "Nantinya jika kami bermain itu membawa nama Bali bukan Padangtegal FC. Jika kami tidak didukung atau disupport dalam hal ini, berarti sudah jelas memang kami di anak tirikan," ujar Sugiarta.(pur)