(WARTADEWATA.COM) – Perhelatan BRI Liga 1 sudah sampai pada akhir gelaran, tepat pada laga Bali United melawan Persik Kediri pada Kamis (31/3/2022). Pihak PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) kembali memutar ingatannya pada awal BRI Liga 1 bergulir. Direktur Utama BRI, Sunarso, menceritakan sudut pandangnya mengenai BRI Liga 1 pada awal bergulir.
"Terus terang saja, kami sudah berhitung secara ekonomi dalam kompetisi sepak bola itu nilainya juga tinggi dan tugas kita semua menggerakkan roda ekonomi dari segala bidang, termasuk juga olahraga, khususnya sepak bola,” kata Sunarso.
“Satu kompetisi ini nilai ekonominya sudah kami kaji. Satu kompetisi itu kira-kira menggerakkan perekonomian senilai Rp 3 triliun," sambung Sunarso usai pertandingan Fun Football antara manajemen BRI, tim PSSI, dan media di Stadion Gelora Samudra, Kuta, Bali, Kamis (31/3/2022).
Di sisi lain, pihak PSSI mengapresiasi dukungan BRI terhadap gelaran Liga 1 sejak awal hingga akhir kompetisi. Sekretaris Jenderal PSSI, Yunus Sanusi, akan berkoordinasi kembali untuk membicarakan kerja sama musim depan.
“Tadi kami sudah ngobrol dengan Pak Dirut. Insya Allah keputusannya akan secepat mungkin dari BRI dan akan dibicarakan pada malam hari ini antara Ketua Umum, Dirut BRI dan Dirut PT Liga Indonesia Baru. Mudah-mudahan BRI akan tetap memberikan support kepada PT LIB," kata Yunus Nusi Kamis (31/3/2022) dilapangan Gelora Samudra, Kuta-Badung, Bali.
Olahraganya Rakyat
Masyarakat Indonesia sangat menggilai sepak bola. Dari Survei Nielsen Sport (2014), tercatat setidaknya 77 persen masyarakat mengaku gemar menonton sepak bola. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai negara penggemar sepak bola terbesar kedua setelah Nigeria (83 persen). Dengan jutaan masyarakat yang menonton sepak bola, tentu BRI Liga 1 adalah salah satu tontonan masyarakat Indonesia.
“Karena ini adalah olahraganya rakyat, jadi ini adalah tempat yang pas untuk mempromosikan banknya rakyat,” ujar Sunarso.
Direktur Utama BRI pun melihat kualitas penyelenggaraan meningkat menjadi lebih baik dan berkualitas sejak awal kompetisi hingga laga akhir. Serta yang tidak kalah penting adalah perkembangan kualitas pemain yang jadi lebih baik juga. Menurutnya ini jadi alasan penting mengapa kompetisi harus ada, kata Sunarso.(rls)