(WARTADEWATA.COM) - Ibu rumah tangga di Denpasar diajak untuk mulai mengembangkan perkebunan vertikal sebagai usaha mengoptimalkan pemanfaatan pekarangan di wilayah perkotaan yang luasannya cenderung terbatas. Pengembangan perkebunan atau menanam dengan metode vertikal dapat dilakukan dalam upaya mendukung ketersediaan pangan keluarga di daerah perkotaan. Ajakan tersebut disampaikan oleh Akademisi Fakultas Pertanian (FP) Universitas Warmadewa (Unwar) Dr. I Nengah Muliarta, S.Si., M.Si. saat menjadi narasumber dalam Penyuluhan pemanfaatan pekarangan rumah yang digelar oleh mahasiswa KKN-PMM Unwar di Banjar Pucaksari, Desa Dangin Puri kauh, Denpasar pada Sabtu (3/2/2024).
Muliarta mengatakan tantangan untuk pekarangan di wilayah perkotaan adalah lahan yang sempit sehingga tidak bisa berkebun atau bertani dengan lahan luas. Strateginya dapat dilakukan dengan membuat kebun vertikal.
“Kebun vertikal dapat dilakukan dengan menggantung tanaman dalam wadah di dinding, pagar, atau tiang, tergantung pada desain yang dibuat. Pilih tanaman yang sesuai untuk berkebun vertikal. Tanaman yang cocok termasuk tanaman bergantung, tanaman merambat, dan tanaman yang tidak membutuhkan ruang akar yang terlalu dalam,” kata Muliarta yang juga merupakan Ketua Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Bali.
Menurut pria asal Klungkung ini, penataan desain estetika dan susun tanaman secara vertikal dengan cermat akan menciptakan tampilan yang menarik dan seimbang bagi pekarangan rumah. Begitu juga, penggunaan sistem irigasi otomatis akan mempermudah perawatan dan memastikan tanaman mendapatkan kebutuhan air yang sesuai.
Muliarta mengungkapkan, dalam pengembangan perkebunan vertikal dilahan pekarangan rumah yang sempit perlu memperhatikan jenis tanaman yang akan ditanam. Komoditan tanaman yang dipilih akan lebih baik bila dapat dipanen dalam waktu yang singkat. Contohnya sayuran bayam, kangkung, daun bawang, selada dan yang lainnya.
“Kadang yang menjadi pertanyaan berikutnya darimana dapat pupuk? Pupuk ini sebenarnya dapat didapatkan dari mengolah sampah atau limbah yang dihasilkan di rumah tangga. Sampah dari dapur dan dedaunan dapat dikomposkan” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa keberhasilan dalam memanfaatkan pekarangan rumah tidak hanya memberikan dampak ekonomi positif, tetapi juga mendukung keberlanjutan lingkungan dan kesehatan keluarga. Keterbatasan lahan pekarangan juga tidak menjadi halangan jika mampu mengembangkan perkebunan vertikal dan terus berinovasi dalam memenuhi ketersediaan pangan keluarga.(pur)