ITB STIKOM Bali Sukses Menggelar International Conference ESG

WhatsApp
(Foto/purnadha)Tampak suasana saat digelar International Conference ESG, di Prime Plaza Hotel, pada Sabtu (23/11/2024).

(WARTADEWATA.COM) - Isu-isu menarik dan penting selalu di bahas dalam setiap agenda internasional. Seperti saat ITB STIKOM Bali menggelar International Conference ESG, di Prime Plaza Hotel, Sanur, Denpasar-Bali pada Sabtu (23/11/2024), terdapat tiga isu penting yang dibahas. Tiga isu tersebut yakni Environmental (Lingkungan Hidup), Social (Sosial) dan Governance (Pemerintahan). Gelaran konferensi ini secara keseluruhan berjalan sukses, dan ITB STIKOM Bali dalam kesempatan ini berhasil mengundang Akademisi dari Malaysia dan Australia.

Gelaran International Conference ESG kali ini dihadiri oleh Prof. Dr. Paul Chan Chancellor & Co-Founder HELP University Malaysia, Dr. Stephen Moss Chair, DAI Capital Australia, Prof. Dr. I Made Bandem, MA selaku Pembina Yayasan Widya Dharma Shanti, Dr. Dadang Hermawan Rektor ITB STIKOM Bali serta ratusan undangan lainnya.

Dr. Dadang Hermawan Rektor ITB STIKOM Bali disela-sela acara International Conference ESG menjelaskan bahwa tiga isu penting yakni Lingkungan, Sosial dan Pemerintahan sangat penting untuk selalu dibahas dalam konferensi hari ini, yaitu pemahaman akan Lingkungan, Sosial dan Pemerintahan. “Kita sangat bersyukur karena dapat menghadirkan akademisi dari luar negeri, yaitu Prof. Dr. Paul Chan Chancellor & Co-Founder HELP University Malaysia dan Dr. Stephen Moss Chair, DAI Capital Australia, yang memberikan pemahaman tentang pentingnya menjaga lingkungan hidup, sosial dan pemerintahan,” jelas Dadang.

Sedangkan Prof. Dr. I Made Bandem, MA selaku Pembina Yayasan Widya Dharma Shanti, induk ITB STIKOM Bali, yang hadir saat gelaran International Conference ESG tersebut membahas pentingnya Subak di Bali “Subak merupakan warisan budaya di Bali yang secara harmonis memadukan masyarakat, pertanian, dan spiritualitas. Subak adalah perkumpulan petani yang dipersatukan oleh kepentingan bersama. Pada tahap siklus pertanian selalu menjaga keseimbangan antara Tuhan, manusia, alam semesta,” ujarnya.

Di tempat yang sama, Prof. Dr. Paul Chan Chancellor & Co-Founder HELP University Malaysia mengungkapkan tentang persyaratan wajib ESG (Environmental Social, Governance) tersebut. “Potensi kewajiban, agar setiap perusahaan dapat mengintegrasikan ESG ke dalam praktik bisnis mereka, agar terjadi peningkatan penegakan hukum, serta wajib menerapkan kebijakan dalam strategi ESG mereka. Tujuan ESG perusahaan adalah pengawasan yang lebih ketat dari para pemangku kepentingan. Sesuai perkembangan global dunia usaha, mengharuskan para pengusaha untuk lebih fokus pada ESG,” tegas Prof. Dr. Paul Chan.

Sedangkan Dr Stephen Moss, selaku Chair DAI Capital Australia, mengaku sangat menyukai alam Bali yang indah dan ramah lingkungan.
“DAI Capital telah menggalang dana untuk Keberlanjutan ESG Asia-Pacifik, yang didedikasikan untuk menghadapi peluang investasi yang sudah teridentifikasi dan eksklusif dalam ekonomi yang akan menghasilkan keuntungan finansial dan sosial, terutama industri daur ulang plastik, untuk menyelamatkan lingkungan hidup,” ujar Dr Stephen Moss.(pur)

Scroll to Top